Kamis, 31 Desember 2009

Xin Nian Kuai Le! (Selamat Tahun Baru!)


Hari ini (31/12), merupakan hari terakhir di tahun 2009. Tahun yang memberikan saya begitu banyak pengalaman berharga, senang maupun sedih, pertemuan dan perpisahan, serta berbagai motivasi. Di tahun 2010, saya memiliki berbagai harapan yang ingin saya wujudkan. Saya pribadi sudah memiliki resolusi menyambut tahun yang baru, tetapi tidak perlu dibicarakan ya… Yang pasti saya ingin segala sesuatunya lebih baik di tahun 2010. Bagaimana dengan Anda?

Berbicara tentang tahun baru, dalam benak kita pasti terlintas tentang pesta / perayaan malam pergantian tahun. Banyak diantara kita yang menganggap malam pergantian tahun sebagai sesuatu yang harus dirayakan. Bagi sebagian masyarakat, hotel dan tempat hiburan yang menawarkan acara menarik untuk menyambut tahun baru menjadi pilihan untuk melewatkan malam tahun baru. Sebagian lainnya memadati pusat keramaian seperti Lapangan Simpang Lima, Taman Tabanas, ataupun Pantai Marina. Namun, di tengah perayaan tahun baru masih terdapat masyarakat di sekitar kita yang untuk makan sehari – hari saja sulit. Sungguh dilema. Bagi saya, tahun baru bukanlah sesuatu yang harus dirayakan. Yang terpenting adalah bagaimana di tahun yang baru kita bisa mewujudkan harapan – harapan yang tertunda dan memperbaiki diri sehingga menjadi pribadi yang lebih baik.

Dalam momen tahun baru pula, terdapat banyak pedagang terompet musiman. Pedagang terompet ini ada hampir di sepanjang jalan raya. Saya sempat bertanya dengan pedagang terompet yang ada di dekat rumah saya, terompet tahun baru dijual dengan kisaran harga Rp5000,00 – Rp15.000,00. Besarnya harga tergantung model yang diminati. Tersedia dari model biasa, saksofon, bahkan berbentuk naga. Keuntungan yang didapat bisa mencapai jutaan rupiah (sekitar 3-4 juta). Hm… tidak heran mengapa setiap menjelang akhir tahun, banyak terdapat pedagang terompet di pinggir jalan.

Perayaan tahun baru sudah di depan mata. Sudah banyak hal yang terjadi di tahun 2009. Saatnya menyambut tahun yang baru dengan harapan baru, semangat baru dan berusaha untuk mencapai cita – cita kita. Good bye 2009… and welcome 2010!!!!

Xin Nian Kuai Le...!!!

Minggu, 27 Desember 2009


Perubahan kelamin yang dilakukan oleh Agus Widiyanto, dari laki – laki menjadi seorang perempuan bernama Nadia Ilmira Arkadea mengundang berbagai kontroversi dari berbagai kalangan masyarakat. Selasa, 22 Desember 2009, Pengadilan Negeri (PN) Batang telah resmi mengabulkan permohonan Nadia menjadi seorang perempuan. PN Batang mengabulkan permohonan Nadia berdasarkan landasan UU Hak Asasi Manusia. Dari segi HAM, keputusan Nadia merupakan hal yang sah dan tidak bisa dihalangi, karena itu semua dilakukan demi kenyamanan dirinya sendiri. Di sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai perbuatan tersebut tidak layak dilakukan. Dari segi agama, pergantian jenis kelamin merupakan sesuatu yang haram / dilarang. Dalam agama Islam, hanya ada dua kelamin, yaitu perempuan dan laki – laki. MUI berencana untuk melaporkan hakim PN Batang yang mengabulkan permohonan Nadia ke komisi yudisial. Menurut saya pribadi, pergantian kelamin memang merupakan hak asasi manusia yang perlu dihargai. Apalagi dia sudah merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Namun, hal tersebut tetap kurang bijak, karena Tuhan telah menciptakan manusia sesuai dengan kodratnya masing – masing.

Hal yang menyebabkan terjadinya fenomena ini adalah situasi sosio-kultural masyarakat Indonesia yang cenderung memiliki stereotype terhadap suatu hal. Sesaat saya merasa ‘mengerti’ alasan dibalik seseorang mengganti jenis kelaminnya. Stereotype terhadap seorang laki – laki yang harus tampil maskulin serta perempuan yang harus tampil feminim, membuat kaum lelaki yang ingin mengekspresikan sikap ‘perempuan’ menjadi terhambat. Padahal, dalam perspektif gender sikap dan karakter merupakan sesuatu yang universal, yang bisa melekat pada siapapun, apapun jenis kelaminnya. Akibat stereotype yang ada dalam masyarakat, sikap dan karakter yang dinilai ‘berlawanan’ akan gagal diekspresikan dalam pergaulan sehari – hari. Seseorang yang merasa tidak nyaman tersebut akan menempuh segala cara untuk mendapatkan pengakuan mengenai keberadaan dirinya. Hal itulah yang dilakukan oleh Nadia dengan mengganti jenis kelaminnya. Demi penerimaan masyarakat.

Saya rasa perlu adanya perubahan dalam masyarakat mengenai ketidakadilan gender. Namun, stereotype yang telah tertanam di dalam masyarakat akan sulit dihilangkan, bahkan tidak bisa hilang. Saya pernah mengikuti perkuliahan yang menyatakan bahwa stereotype tidak dapat dihilangkan, tetapi bisa ‘dihindari’ kemunculannya. Kasus penggantian jenis kelamin tidak akan ada apabila kondisi sosio-kultural masyarakat tidak membelenggu seseorang untuk mengekspresikan dirinya.

sumber foto: http://okezone.com/ (foto: Amirul Hasan/okezone)

Rabu, 23 Desember 2009

Festival Pandanaran yang digelar pada tanggal 12 -13 Desembar 2009 lalu bisa dikatakan cukup sukses. Banyak masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam festival yang digelar di ruas jalan Pandanaran yang ditutup selama dua hari tersebut. Ajang ini merupakan kegiatan untuk mempromosikan Kota Semarang melalui jajanan dan seni budayanya. Diharapkan banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Semarang, yang selama ini lebih dikenal sebagai kota bisnis.
Pada dasarnya, ide dan tujuan digelarnya Festival Pandanaran sangat baik, untuk lebih memperkenalkan potensi wisata di Kota Semarang. Namun, saya menyayangkan pelaksanaannya yang dilakukan di ruas jalan utama (Jl.Pandanaran). Jalan tersebut sehari – hari padat oleh kendaraan, dan merupakan akses utama untuk menuju ke pusat kota. Dialihkannya kendaraan ke ruas jalan yang lain (Kalisari dan Jl.Pemuda) membuat jalan alternatif tersebut menjadi sangat padat, bahkan di gang – gang kecil pun. Selain itu, terdapat sebuah Rumah Sakit Bersalin “Hermina” di Jl.Pandanaran. Walaupun jalan tersebut akan dibuka untuk pasien dan keperluan menuju rumah sakit, penutupan jalan tetap akan mempersulit akses menuju rumah sakit yang pada hari biasa mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Sebaiknya festival dilaksanakan di ruas jalan yang tidak terlalu padat. Sehingga walaupun ruas jalan tersebut ditutup, tidak akan terlalu banyak mempengaruhi arus kendaraan yang melintas. Tujuannya agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas. Saya tetap berharap Semarang memiliki agenda rutin seperti festival Pandanaran demi memajukan pariwisata si kota Semarang. Tentunya juga mengadakan acara –acara lain yang dapat menarik minat wisatawan. Namun, pelaksanaannya bisa dilakukan dengan lebih baik dan lebih memperhatikan kepentingan publik.

Jumat, 11 Desember 2009

"Light On" di siang hari


Beberapa pekan terakhir, di kota Semarang terdapat peraturan menyalakan lampu sepeda motor di siang hari. Saya pribadi belum mengerti apa tujuan sebenarnya diterapkannya peraturan ini. Mungkin agar pengendara sepeda motor lebih “terlihat” oleh kendaraan lainnya sehingga resiko kecelakaan menjadi berkurang. Tetapi korelasi hubungan tersebut juga belum dapat dibuktikan secara nyata.
Kecelakaan lalu lintas menurut saya justru disebabkan oleh ketidakpatuhan pengemudi di jalan raya, disamping akses jalan yang baik. Saya merupakan pengguna sepeda motor, dan setiap hari saya selalu menemui pengemudi lain yang ‘ugal – ugalan’, tanpa memperhatikan kendaraan lain. Hal tersebut sangat membahayakan dan membuat saya selalu cemas ketika berada di jalan raya. Bahkan, dua hari berturut – turut, saya melihat kecelakaan di depan mata saya.
Kembali ke peraturan “menyalakan lampu di siang hari”. Lampu sepeda motor yang terus – menerus menyala membuat aki motor saya menjadi ‘drop’. Saya tidak tahu ada hubungannya atau tidak, tetapi yang pasti, sekarang motor saya menjadi sulit dihidupkan. Namun, sebagai warga yang taat akan peraturan, sampai saat ini saya masih mengikuti peraturan tersebut. Semoga saja akan ada langkah – langkah yang lebih efektif dengan menerapkan peraturan yang bisa lebih mengurangi angka kecelakaan di jalan raya dibandingkan hanya sekedar menyalakan lampu motor di siang hari.

Selasa, 08 Desember 2009

Music is Fun!


Musik itu menyenangkan, Ya! Seperti pengalaman saya pribadi yang menjadikan musik sebagai bagian tak terpisahkan dalam keseharian saya. Entah hanya mendengarkan, menyanyi, atau memainkan, musik selalu menyenangkan. Setiap hari, sejak kecil, saya selalu bersentuhan dengan musik. Sejak TK saya sudah mengikuti kursus vokal di Klub Merby sampai kelas 5 SD. Begitu banyak pengalaman yang saya dapatkan, teman – teman baru, bersosialisasi dan melatih keberanian tampil di muka umum.

Saat SD, saya mulai mengikuti kursus keyboard di sebuah sekolah musik (SM Purnomo). Awalnya karena saya mengikuti ekstrakurikuler band di sekolah dan ‘disuruh’ orangtua. Namun pada akhirnya malah terus berlanjut hingga sekarang, dan saya merasa bermain keyboard lebih menyenangkan daripada menyanyi . Terus menerus saya berlatih, membuat band, mengikuti berbagai festival, mengalami banyak hal dengan berbagai aliran musik yang pernah saya mainkan (pop, RnB, rock, Jazz, dsb). Karena guru saya ‘orang’ Jazz, tanpa sadar saya juga terbawa menjadi mencintai musik Jazz. Pernah saya mengikuti kursus piano klasik, tetapi karena tidak sesuai dengan jiwa saya, les piano klasik hanya bertahan selama 3 tahun.

Musik membawa saya menuju pengalaman – pengalaman yang mungkin tidak akan pernah saya dapatkan bila saya tidak belajar musik. Saya bisa keliling berbagai kota, mengikuti lomba hingga ke tingkat nasional berkat musik. Bahkan, ketika mendaftar perguruan tinggi saya menggunakan ijazah – ijazah musik melalui jalur seni dan diterima tanpa membayar berbagai sumbangan. Musik menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan. Pada saat bermain piano, otak kiri bekerja membaca partitur, dan otan kanan mendengarkan alunan musik yang dimainkan. Percayalah, hal ini akan sangat membantu ketika belajar dan akan terus bermanfaat hingga masa depan. Sampai sekarang, saya terus bermain musik, juga kembali ke kegiatan lama saya --menyanyi-- dengan aktif di paduan suara universitas. Begitu banyak kesenangan dan manfaat yang dapat diperoleh melalui musik. Selalu ada musik dalam suasana apapun…

;;