Jumat, 13 Agustus 2010

We are the champion...


Akhirnya setelah perjuangan dan penantian panjang… Diponegoro University Choir (PSM Undip) bisa merebut medali emas sekaligus sebagai Grand Champion pada Festival Paduan Suara (FPS) XXII ITB 2010 Kategori folklore (lagu rakyat Indonesia). Nggak nyangka sekaligus senang sekali bisa turut ambil bagian dalam perjuangan PSM Undip kemarin.

Jumlah penyanyi yang ikut dalam FPS ITB adalah 42 orang. Kami berlatih setiap hari di PKM Joglo yang panas, kecil, tempat duduk yg semakin lama semakin habis (dipinjam tapi tak kembali :p), keyboard yg tuts-nya sudah pada mati, dan dengan segala keterbatasannya. Namun, justru di tempat itulah kami merasa betah berlama - lama di sana. Hehehe…

Selama kurang lebih seminggu di ITB, banyak pengalaman yang diperoleh. Merasakan suasana lomba, hidup bersama dengan teman – teman, berbagi. Ketika sudah mulai terbiasa dengan rutinitas bangun tidur, antri mandi, antri makan, latihan, istirahat, dll, malah sudah harus meninggalkan itu semua, kembali ke Semarang dengan rutinitas masing - masing… Sedihnya… kangen kalian semua!
Semoga kedepannya kita bisa bareng – bareng lagi dan memperoleh hasil yang maksimal sesuai yg kita perjuangkan… :)

Senin, 15 Maret 2010

Comm On Quest 2010




Comm On Quest (COQ) adalah nama lain dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL)-nya anak Komunikasi Undip. Tahun 2010 ini adalah giliran mahasiswa angkatan 2007 yang melaksanakan COQ dengan melakukan kunjungan ke berbagai perusahaan di Jakarta.
Selain kunjungan, kami juga menonton acara di stasiun TV dan wisata!
Tanggal 7 Maret ’10, sekitar pukul 15.30 kami berangkat menuju Jakarta dengan menggunakan 2 bus besar yang seluruhnya mengangkut sekitar 62 perserta COQ. Untuk mempermudah segala sesuatunya, kami menggunakan jasa Holiday Tour & Travel. Tersiksa 12 jam di dalam bus, akhirnya kami sampai di penginapan “Graha Wisata Ragunan”. Fiuh…

Di hari pertama, kami langsung melakukan kunjungan ke BBDo (advertising dan PR) dan SCTV. Gedung SCTV yang menjadi satu dengan Senayan City, menggoda kami untuk ‘mampir’ sebentar ke Senci usai kunjungan ke SCTV. Malamnya kami pergi ke ITC Cempaka Mas untuk memenuhi hasrat belanja teman – teman. Sempat ada beberapa teman yang tersesat dan tidak bisa kembali ke bus dalam waktu yang telah ditentukan. Hahaha… :D

Hari berikutnya kami melakukan kunjungan ke The Looop Akademie, sebuah akademi fotografi dan dilanjutkan ke Kompas Gramedia. Kebetulan sekali disana sedang diadakan pameran komik Beny & Mince, yang rajin mengisi halaman Kompas. Acara dilanjutkan dengan menonton Opera Van Java di sebuah studio. Seperti orang gila, disuruh ketawa dan senyam – senyum untuk keperlua shooting. But that was very Fun!

Hari ketiga diisi dengan kunjungan ke Kantor Berita Antara, di daerah Kota. Dalam kunjungan, kami dibagi dalam beberapa kelompok untuk berdiskusi dan presentasi di depan sambil membuat yel – yel. Alhasil suasana menjadi ramai dan meriah. Siang hari, kami bertolak menuju MRA Media Group (Hard Rock Fm dan Trax Fm). Setelah itu, bergegas menuju Metro TV untuk menonton acara talkshow yang paling saya sukai : Kick Andy. Saya dan teman – teman sempat membeli souvenir Kick Andy yang ternyata hasil penjualannya digunakan untuk membantu Kick Andy Foundation. Sepulangnya dari Metro TV, kami disambut oleh beberapa alumni Komunikasi Undip yang sudah menunggu kepulangan kita hingga jam 1 dini hari untuk share tentang dunia kerja. Terima kasih kakak – kakak… :)

Hari Kamis, our last day in Jakarta, waktunya wisata! Seharian kami berada di Ancol. Dari menonton sinema 4 dimensi di Gelanggang Samudra hingga bermain di Dufan. Sehabis dari Dufan, kami langsung pulang ke Semarang, dan tiba di Semarang sekitar pukul setengah tujuh pagi. Pengalaman yang menyenangkan. Semoga suatu saat bisa pergi dan jalan – jalan bareng lagi.

(minta foto - fotonya ya... maaf, lupa dari facebook siapa. thx)

Senin, 15 Februari 2010

Jalan - jalan di Pasar Imlek Semawis



Selamat tahun baru China! Gong xi fa cai… Akhirnya sempet juga nulis lagi, di tengah – tengah padatnya jadwal di liburan semester kali ini. Mulai dari latihan rutin paduan suara Undip yang akan berlaga di ajang World Choir Games, Shaoxing, China, juga job di luar itu. Melelahkan! Tapi menyenangkan.






Bicara mengenai job di liburan kali ini, saya sempat mengiringi anak – anak TK Kristen Kanaan yang akan menyanyi di Pasar Imlek Semawis, tepatnya di halaman klenteng Tay Kak Sie pada hari Jum’at (12/02) lalu. Hm… kesempatan buat saya untuk sekaligus berkeliling di pasar Imlek.

Benar dugaan saya, antrian panjang kendaraan merayap di sepanjang jalan di gang – gang menuju pasar imlek. Begitu pula di dalam arena pasar imlek. Tidak hanya warga Tionghoa saja yang berkunjung, tetapi juga warga pribumi yang turut larut dalam suka cita perayaan Imlek. Sejak berlalunya orde baru, warga Tionghoa memang bebas untuk mengekspresikan diri / budayanya. Sehingga perayaan tahun baru imlek dari tahun ke tahun selalu semakin meriah.

Aneka stand menarik terdapat di pasar tersebut. Mulai dari stand makanan, pernak – pernik imlek, pakaian, hingga produk kerajinan lokal. Ada pula stand yang cukup menarik perhatian saya, stand milik Suara Merdeka, menggambar karikatur. Gratis! Namun karena antriannya yang sangat panjang, saya tidak sempat mencoba. Mungkin lain waktu...

Imlek memang memberikan kebahagiaan pada semua orang, tidak hanya warga Tionghoa untuk bersuka cita. Apalagi saat ini peryaan tahun baru China sudah menjadi hari libur nasional. Saya sebagai warga keturunan Tionghoa (meskipun tidak merayakan imlek) juga turut merasakan kemeriahan Imlek. Selain itu, perayaan imlek juga memberikan berkah pada pedagang musiman seperti penjual kue keranjang dan penjual pernak – pernik imlek, bahkan pemain barongsai yang kebanjiran job di saat perayaan tahun baru China.

Kamis, 07 Januari 2010

Mobil Baru Para Menteri KIB Jilid II

Beberapa waktu yang lalu, pemerintah melakukan pengadaan mobil baru bagi para menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II, serta pejabat tinggi lainnya, seperti pimpinan MPR, DPR, dan DPD. Mobil Toyota Crown Royal Saloon dipilih untuk menggantikan mobil lama, Toyota Camry. Penggantian dilakukan karena mobil Camry sudah berusia lima tahun, dirasa tidak efektif, dan mulai sering masuk bengkel. Diharapkan dengan adanya mobil baru, dapat meningkatkan kinerja para pejabat tinggi ini. Semoga saja.

Harga sebuah mobil Toyota Crown Royal Saloon diperkirakan mencapai Rp1,3 Milyar. Sebuah angka yang sangat besar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Pembelian 150 mobil dinas baru saya rasa terlalu menghamburkan uang negara. Walaupun beberapa pihak menyatakan “tidak apa – apa, toh Negara memiliki uang”, tetap saja tindakan tersebut kurang pantas. Mengingat masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan akibat ketidakstabilan ekonomi Indonesia. Hutang luar negeri Indonesia saja jumlahnya masih begitu banyak, mencapai Rp234 Trilyun! Pemerintah terkesan tidak bijak dan tidak sensitif terhadap penderitaan rakyat kecil.

Di balik kemewahan yang diterima para pejabat negri ini, begitu banyak masyarakat masih sulit mendapatkan biaya untuk makan, sekolah, dan berobat. Tadi sore, saya baru saja menyaksikan berita di salah satu stasiun TV tentang seorang bocah pengidap HIV yang tidak mampu membayar biaya Rumah Sakit sebesar Rp6 Juta. Begitu berbanding terbalik dengan kemewahan para petinggi negri. Ironis.

Pemberian mobil dinas baru bagi para menteri menunjukkan bahwa pemerintahan SBY tidak peka. Masih ingat komitmen SBY untuk mengawal program penghematan nasional? Dengan APBD yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat, tetapi digunakan untuk membeli mobil, yang saya rasa tidak terlalu penting, terlihat bahwa SBY tidak mampu untuk memenuhi komitmennya. Sebenarnya para menteri juga tidak perlu menggunakan mobil yang begitu mewah. Toh tidak menurunkan derajat juga dengan menggunakan mobil yang lama. Namun apa boleh dikata, penggantian mobil baru para menteri sudah dilaksanakan. Walaupun ‘mengganjal’, bahwa uang sebanyak itu bisa dialokasikan ke hal – hal lain yang lebih bermanfaat (pendidikan & kesehatan misalnya), saya hanya bisa berharap di kedepannya pemerintah bisa lebih memikirkan mana yang lebih utama bagi rakyat dan lebih peka dalam penentuan anggaran belanja negara.

Sumber foto : http://nasional.vivanews.com/news/(Agus Dwi Darmawan/VIVAnews)

Sabtu, 02 Januari 2010

Semarang Kota Pantai (?)



“…Semarang kota pantai…
…Semarang indah permai…”

Kalimat tersebut merupakan lirik pembuka lagu “Gambang Semarang” yang sering saya nyanyikan bersama teman – teman Paduan Suara Mahasiswa Undip. Setiap kali menyanyikan bait tersebut, saya merasa ada sesuatu yang ganjil. Kota Semarang memang merupakan kota yang berada di pesisir laut Jawa. Namun, ketika seseorang bertanya: “Semarang pantainya dimana ya?” Saya sedikit kerepotan menjawab pertanyaan tersebut. Memang ada beberapa pantai di Semarang, salah satunya adalah pantai Marina dan Maron. Lokasinya pun tidak jauh dari rumah saya. Tetapi apakah pantai tersebut layak dijadikan rujukan bagi wisatawan, saya kurang yakin.

Ketika saya berkunjung ke pantai Marina beberapa waktu yang lalu, saya mendapati perubahan – perubahan yang terjadi di pantai tersebut. Antara jalan dan pasir (pantai) kini terhalang tembok batu yang bertujuan untuk menghindari erosi air laut, karena keberadaan rumah – rumah mewah di lokasi tersebut. Selain itu, di satu sisi pantai, tidak lagi terdapat pasir, yang ada hanyalah batu – batu besar licin yang menurut saya cukup berbahaya jika tidak berhati – hati. Fasilitas yang ada di dalamnya pun tidak menunjang. Hanya ada deretan warung –warung kecil yang tidak sedap dipandang mata. Pantai Marina sebagai salah satu objek wisata masyarakat seharusnya lebih berbenah agar Semarang yang (katanya) kota pantai bisa memiliki pantai yang indah, bersih, dan nyaman.

Begitu pula dengan pantai Maron. Pantai yang bisa dicapai melalui bandara A.Yani dan perumahan Graha Padma (krapyak) ini cukup ramai dikunjungi wisatawan. Kotor, kumuh, dan tidak ada apa – apa. Itulah kesan pertama saya ketika mengunjungi pantai Maron. Namun, saya heran juga mengapa banyak orang yang berkunjung ke pantai ini. Oh… mungkin karena tidak ada lagi pantai yang cukup representatif di Semarang. Mungkin. Tapi hal tersebut agaknya benar, mengingat saya sendiri juga kerepotan ketika ditanya mengenai pantai di Semarang. Sebagai warga kota Semarang, saya hanya bisa berharap semoga di kedepannya Semarang bisa memiliki ruang publik berupa pantai yang dapat menjadi ikon dari kota Semarang. Sehingga semakin banyak wisatawan yang mengunjungi kota Semarang tercinta ini.

;;