Selasa, 09 Agustus 2011

"Music of My Life" Concert



Sudah lama rasanya tidak menginjakkan 'tangan' di blog ini...
karena sibuk sekali mengurus berbagai hal di luar sana...
aahh...jadi rindu ketak-ketik lagi, di luar ketak-ketik kewajiban (*baca:skripsi) :p

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya 30 Juli 2011 saya menonton pertunjukkan musik yang diadakan di Auditorium RRI Semarang. Kebetulan teman saya, Naya, tampil dalam acara tersebut. Jadilah saya dan 2 orang teman (Nia dan Ardhi) memesan tiket konser seharga Rp15.000,- (cukup terjangkau untuk ukuran mahasiswa :p). Acara dimulai sekitar pukul 19.00 WIB. Saya dan Nia mendapat tempat duduk di barisan ke tiga, cukup dekat dengan panggung, tapi... beresiko masuk angin! Pas sekali kena 'sentrongan' AC.. hahaha...

Dalam konser ini, ditampilkan permainan piano, electone, french horn, dan juga paduan suara. Konser dibuka dengan penampilan Benaya (piano) dengan 'lagu klasik'nya yang saya juga tidak paham... haha! jujur saya tidak begitu familiar dengan musik klasik, tetapi sekali - sekali asyik juga... :D

Setelah itu, berturut - turut penampilan electone dari Amira, Steve, dan Citra...
Entah kenapa saya suka melihat penampilan orang yang main electone... seluruh tubuh gerak... hehe... :p Saya suka download juga di internet. Biarpun saya tidak bisa main electone, tapi suka melihatnya...

Saya rasa bagus juga kalau sering diadakan konser semacam ini di Semarang.. Dalam satu kali pertunjukkan, kita bisa menyaksikan beberapa hiburan sekaligus... Ada soloist dan paduan suara juga...

Sukses untuk teman-teman semua yang kemarin konser!
semoga ke depannya masih ada konser-konser selanjutnya yaa.... :D

Senin, 25 April 2011

Hoi An, a Wonderful Ancient Town


Sedikit cerita tentang perjalanan saya ketika mengikuti lomba paduan suara di Hoi An, Vietnam...

Mungkin memang saya tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berjalan - jalan di Hoi An, karena memang tujuan ke sana untuk lomba. Tetapi bersyukur masih bisa keliling beberapa jam di Ancient Town yang memang sangaaatt indah... Hoi An sendiri telah dinobatkan oleh UNESCO sebagai "World Heritage Site", karena bangunan bersejarahnya.

Sekilas saya melihat Hoi An memiliki kemiripan dengan kota Semarang, yaitu bagian Kota Lama nya. Namun perbedaan jelas terlihat dari bagaimana pemerintah Vietnam mengelola lokasi tersebut sehingga menjadi tempat yang sangat bagus dan menjadi tujuan wisata para turis mancanegara. Berbeda dengan kondisi Kota Lama Semarang yang berkesan tidak terawat, bahkan sebagian wilayahnya mengalami rob / banjir.

Bangunan - bangunan lama di Hoi An dirawat dengan baik. Bangunan tersebut digunakan untuk museum (salah satunya adalah 'museum of folklore'), untuk tempat berjualan souvenir, tempat latihan musik tradisional Vietnam, cafe, dsb. Sejauh berjalan kaki menyusuri kawasan ancient town di Hoi An, mata tidak akan bosan karena disuguhi pemandangan yang begitu indah.

Salah satu ciri khas Hoi An adalah "Japanese Bridge". Saya berusaha bagaimana pun caranya harus berfoto di depan jembatan yang terkenal tersebut ketika berkunjung ke Hoi An. Konon kataya, jika berjalan dengan pasangan menyusuri jembatan tersebut, maka ia akan menemukan cinta sejatinya. Katanyaaaa........

Beruntung sekali saya berada di Hoi An ketika sedang berlangsung Moon Festival. Pada malam hari tersebut, semua lampu dimatikan dan praktis yang tersisa hanyalah lampion - lampion yang tersebar di pinggiran sungai, di atas dahan pohon, di sudut bangunan, lampion berbentuk aneka hewan dan benda - benda lain yang begitu besar di tengah sungai, dan lampion - lampion kecil terbuat dari kertas berisi lilin yang di larung di sungai tersebut. Wonderful!

Melihat begitu indahnya Hoi An, sebagai kota yang memiliki pesona dengan keindahan arsitektur dan pantainya, baik juga jika kita mau berkaca untuk memperbaiki apa yang ada di negara kita. Indonesia tentu tidak kalah soal keindahan alam dan budayanya, terlebih lagi saya bersyukur, Indonesia memiliki kuliner yang luar biasa enak! Di Vietnam, semua makanan rasanya 'plain' tidak seperti di Indonesia yang kaya akan rempah - rempah, dsb. I Love Indonesian Food! :D

Upaya - upaya memang perlu dilakukan oleh pemerintah kita untuk memperbaiki sarana dan prasarana pada lokasi - lokasi yang potensial menjadi tempat wisata. Melihat keberhasilan yang dilakukan oleh pemerintah Vietnam terhadap pembangunan negaranya, Indonesia harus mampu pula melakukan pembangunan (terutama dalam hal pariwisata) agar semakin banyak turis mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, dan akan menghasilkan keuntungan bagi negara kita tercinta.

Kamis, 14 April 2011

Pada tanggal 13 April 2011, Undip kembali mengukuhkan 3 guru besar. Para guru besar tersebut adalah Prof.Dr.Ir.Agus Sabdono,M.Sc dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Prof.Dr.dr.Tri Nur Kristina,DMM.,M.Kes dari Fakultas Kedokteran, dan Prof.Dr.Dra.Sri Suwitri,M.Si dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Upacara pengukuhan berlangsung sekitar pukul 09.00 – 12.30 WIB. Saya dan teman – teman PSM Undip seperti biasa bertugas dalam upacara tersebut. Kami menyanyikan lagu – lagu protokoler, lagu – lagu request dari masing – masing guru besar, dan juga lagu hiburan. Dalam menjalankan ‘tugas negara’ ini, kami sempat mengalami kendala, mic tidak menyala! Sudah menghubungi operator pun, ternyata tetap tidak keluar suaranya seperti saat gladi bersih. Tapi tidak apa – apa, itu semua menjadi pengalaman. Tetap menyanyi…….. :D

Saat berlangsungnya upacara pengukuhan, tiap – tiap guru besar menyampaikan pidato pengukuhan, dengan judul sbb:
- Prof.Dr.Ir.Agus Sabdono,M.Sc => Ekobioteknologi Strategi untuk Konservasi Ekosistem Karang: Rekayasa Genetika Bakteri Karang.
- Prof.Dr.dr.Tri Nur Kristina,DMM.,M.Kes => Inovasi Pendidikan Dokter: Pencapaian Lulusan dengan Standar Internasional dan Adaptif terhadap Permasalahan Kesehatan Global.
- Prof.Dr.Dra.Sri Suwitri,M.Si => Jejaring Kebijakan Publik: Kerangka Baru Penyelenggaraan Pemerintahan.

Setelah prosesi pengukuhan selesai, Rektor Undip, Prof.Sudharto Prawata Hadi,MES,PhD menyampaikan pidato. Kami terkejut, di akhir pidato beliau turut disampaikan prestasi PSM Undip di Vietnam kemarin dan juga kondisi Febri yang sudah semakin membaik. Terima kasih Pak… :)

Setelah mengucapkan selamat kepada para guru besar, saatnya beristirahat… makan – makan… Selesai sudah tugas untuk pengukuhan guru besar. Masih banyak ‘tugas negara’ yang lainnya. Tetap semangat teman – teman!!

Rabu, 30 Maret 2011

Charity in Harmony "Untukmu Febri"


Everything we do for you…

On Tuesday, March 29, 2011, Diponegoro University Choir (PSM Undip) created a mini concert Charity In Harmony “Untukmu Febri” at Atrium Ciputra Mall Semarang. This event was collaboration between Diponegoro University Choir and Ciputra Mall.

This charity concert dedicated for our best friend, Febri which still lay on FV Hospital, Ho Chi Minh City. As we know it, he got pneumonia when he participated on 1st Vietnam International Choir Festival and Competition, two weeks later. Our team got a Grand Champion, Champion of Champions in that competition. Also 3 gold medals and 1 silver medal. Now we need a lot of money bringing back him to Indonesia. It’s over than hundred million rupiah.

In charity concert, there was a choir show, traditional dance from “UKM Kesenian Jawa Undip”, band, etc. Our competition’s video also has been played there. Many bands take part in Charity in Harmony concert; Nobels, O Jelly Fish, Acoustic in Summer, Metaforte, and Journalist band.

We didn’t expect, mall visitors had very great interest. Hundreds of people crowd around stage, especially when we started to sing. We sung a lot of song, from pop song to folklore.

Rector of Diponegoro University, Prof. Sudharto, also attended the event. He gave a speech, a short speech, but meaningful enough. About Febri, Diponegoro University Choir, that unites us all. He also thanked for achievement of becoming an international champion.

Amount of fund collected in Charity Concert is over 30 million rupiah. That was great! But, Febri still need more...

So, with humbleness, I beg you all to help our friend… just donate… It’ll help much for our friend…

Febri…

We want you to be here with us…

Get well soon…

Selasa, 29 Maret 2011

Cerita KKN ; Anak - Anak Desa


Senang bisa menulis lagi di Blog ini, setelah sekian lama tidak menulis karena kesibukan kuliah, magang, KKN, dan latihan PSM yg berkompetisi di Vietnam kemarin. saya ingi bercerita sedikit tentang pengalaman saya ketika KKN di sebuah desa yang tepat berbatasan dengan Kota Semarang…

Pengalaman ini saya dapatkan ketika saya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 35 hari pada bulan Januari – Februari 2011 yang lalu. Saya mendapatkan tempat di Kaliwungu (perbatasan antara Semarang – Kendal), tepatnya di Desa Nolokerto.
Saya bersama 10 teman lainnya yg berasal dari fakultas dan jurusan yang berbeda tinggal di rumah yg sengaja kami kontrak selama KKN. Rumah tersebut berada tepat di depan rel kereta api. Sehingga setiap kali kereta lewat, bisa dibayangkan betapa berisiknya kontrakan kami. Bahkan tengah malam ketika kami tidur, suara kereta terus menghantui…

Dalam kegiatan KKN, kami mempunyai program kerja. Salah satunya adalah memberikan kursus pelajaran tambahan kepada anak – anak kelas 3,4,5, dan 6 SD, bahkan kelas 3 SMP, setiap malamnya di rumah kontrakan kami. Untuk kelas 6 SD dan 3 SMP kami konsentrasikan lebih untuk mempersiapkan mereka meghadapi ujian nasional.

Teaching is not easy!

Saya merasakan sendiri betapa sulitnya mengajar anak – anak SD. Terlebih anak – anak di kelas kecil, seperti kelas 3 dan 4. Mereka tidak pernah fokus. Jika diberi pertanyaan apa, jawabnya apa… Kadang – kadang jengkel juga dengan keadaan semacam ini. Tapi saya dan teman – teman tetap berusaha mengajar sesuai dengan yg kami mampu. Parahnya, anak – anak ini tidak mempunyai buku paket, mereka hanya mempunyai Lembar Kerja Siswa (LKS). Sehingga kami kesulitan untuk membantu mereka menjawab pertanyaan – pertanyaan di LKS tsb. Apalagi jika mata pelajaran IPS yang menuntut adanya buku penunjang Seingat saya, sewaktu SD saya selau mendapatkan buku paket dari guru / sekolah (dengan membeli tentunya). Saya selalu mendapatkan segala sesuatu yg menunjang pelajaran di sekolah. Ternyata tidak semua anak seberuntung kami – kami yg kebetulan tinggal di kota dengan fasilitas yg memadai.

Mungkin itu juga yg menyebabkan pemikiran anak – anak di desa tempat saya KKN sedikit berbeda dengan saya dulu. Ada sebagian dari mereka (jelas tidak semuanya) yg tidak memiliki semangat tinggi untuk bersekolah. Ada seorang anak yg curhat dengan saya ketika saya tanya, setelah lulus SD (kebetulan dia kelas 6 SD) mau lanjut ke SMP mana?, Dia berkata : “wegah aku… aku meh tekan SD wae… mengko nek aku lanjut SMP, lulus… dikon lanjut meneh tekan SMA, terus dikon lanjut meneh… aku wegah… aku wis ora gelem sekolah…..” (“nggak mau aku… aku mau sampai SD saja… nanti kalau aku lanjut SMP, lulus… disuruh lanjut lagi ke SMA, terus disuruh lanjut lagi… aku nggak mau… aku sudah nggak mau sekolah…”)

Saya terkaget – kaget, dulu saya senang pergi ke sekolah, bertemu banyak teman. Saya menyemangati dia agar melanjutkan sekolah, toh sekarang sekolah juga gratis sampai SMP… Saya memberikan gambaran – gambaran betapa menyenangkannya dunia sekolah, berbeda dengan dunia kuliah… apalagi dengan dunia kerja (yg saya pun belum mengalaminya). Dia mengatakan lagi, kalau dia tidak suka pergi ke sekolah dan belajar. Sepertinya sekolah merupakan beban baginya. Apalagi dia berasal dari keluarga yang (maaf) kurang mampu, terkadang dia merasa sedih ketika melihat teman – temannya bisa jajan, membeli sesuatu dan dia tidak bisa karena tidak diberi uang saku. Oke, saya bersimpati dengan anak ini… Namun, yang bisa saya lakukan saat ini hanyalah memberi semangat untuk bersekolah.

Nilai Buruk

Setiap melihat nilai yang tertulis di buku anak – anak SD ini, banyak sekali nilai yang tidak memuaskan. Ketika saya tanyakan, mereka tenang – tenang saja, tidak mempermasalahkan soal nilai. Saya flashback lagi ke masa ketika saya SD. Rasanya senang sekali ketika mendapat nilai 100, atau mungkin di atas 80. Untuk mendapatkan itu, saya belajar (walaupun hanya ketika mau ulangan, hehe…) tapi intinya tetap ada saat dimana saya harus belajar.

Ketika kami mempersiapkan mereka untuk mengikuti omba cerdas cermat di tingkat Kecamatan Kaliwungu, saya mendapat jatah mengajar Bahasa Inggris kepada seorang anak yang ditunjuk untuk mewakili sekolahnya. Saya pikir dia tentu sudah menguasai dasar (setidaknya kata – kata mudah) karena ditunjuk oleh gurunya. Ternyata perkiraan saya sama sekali keliru……………. Si anak bisa dikatakan tidak mengerti apa – apa. Bahkan untuk kata tanya seperti what ataupun how, sama sekali tidak tahu.
Saya tetap berusaha perlahan – lahan mengajarkan padanya, sedikit demi sedikit. Tetapi saya rasa tidak ada perkembangan yang cukup berarti. Saya bertanya ke anak tsb : “Di sekolah sudah diajari sampai mana? Pak Guru ngajarin apa aja?” si anak menjawab : “nggak pernah diajarin apa – apa…”

Mati saya……………………………………. -.-‘

Saya berpikir, tidak mungkin sang Guru tidak memberikan materi kepada muridnya. Pasti ada yang tidak beres. Entah si anak yang tidak memperhatikan, atau materi dari gurunya yang tidak bisa ditangkap oleh anak – anak. Saya pasrah saja deh, saya tetap mengajarinya setiap hari, sampai hari perlombaan...

Selama KKN saya mendapat banyak pengalaman bersama teman – teman saya (Vara, Yoshinta, Enik, Apfia, Agung, Robert, Panji, Anto, Didi, Dody). Sedikit membuka mata saya tentang kehidupan. Banyak hal di luar dugaan saya yang terjadi di luar sana. Bahkan, di tempat yang berbatasan dengan kota pun perilaku masyarakat dan kebiasaannya sudah berbeda.

Saya senang dengan kegiatan KKN kemarin, saya jadi memiliki keluarga baru… dengan orang – orang yang sebelumnya tidak saya kenal sama sekali… Terkadang merasa senang ketika anak – anak desa tersebut sms saya, menanyakan kabar dsb… tetapi terkadang sedikit jengkel apabila sms tersebut datang berulang kali dan sedikit mengganggu.. hehe…

Thank you for everything…………………

Minggu, 27 Maret 2011

Dare to Dream BIG

I want to share my story about my beloved choir, Diponegoro University Choir (PSM Undip) when we went to Vietnam, participated on 1st Vietnam International Choir Festival and Competition, March 15-20, 2011.

That’s our 1st international competition. My friends and I were very excited…

Many years ago, we never imagined that we can participate in international event. But, we didn’t give up! We knew that we didn’t have much money and we were not a choir with best technique. But, we always sing happily and sing from heart for Him, who gave our life.

Our friendship just like a great family...

There was many challenge during we prepared for join the competition. We must practice hard and got a lot of money to paid accommodation fee, flight, etc…

“Practice make perfect”, I exactly agree with this quote… So, everyday we practice...

To collect the money, we walked around Pahlawan Street Semarang and asked help from people there to give a contribution, while we sing, of course. We also sold a secondhand cloth in Simpanglima every Sunday morning. Another ways, we got money from university’s job, wedding job, donator, and everything that’ll make money. Not easy, but we trust we can do it!

So, we went to Vietnam and participated in 1st Vietnam International Choir Festival and Competition, take place in Hoi An City. After flight Jakarta – Ho Chi Minh by plane, we reached Ho Chi Minh – Hoi An by bus, over 22 hours, because we didn’t have money to go there by plane. But we really enjoyed our journey in the bus.

At the competition, we take part in 4 categories: Mixed choir, Sacra, Female Choir, and Folklore. Big thanks to God, we got 3 gold medals on Mixed Choir, Female, and Folklore, and 1 silver medal on Sacra. We also were being a Champion in two categories: Mixed Choir and Female Choir. And we got a “Grand Champion” or Champion of Champions in that competition. Just like a dream…

We were very proud and happy…. Our entire struggle was worthed…

We ate egg everyday, we stayed in economy hotel, but we always on fire! :D

We cannot take part in closing ceremony, because we must back to Ho Chi Minh by bus (again…) It doesn’t matter, we sung our national song: INDONESIA RAYA on restaurant… we cried and hugged each other… was so happy and proud…

Like a coin with 2 sides… In other side, we were happy about our championship… but, in another side we were very sad about our friend, Febri, who laid in Hospital, he got a pneumonia… :’(
He not yet goes back to Indonesia ‘till now… Hope his health is getting better…

I want to say thank you to our coach, Mr.Setyo Watjono… our father… You’re the best, daddy! We are nothing without you… We love you Bapaaaakkk……… x)

Many thanks to Mr.Bagus and Mr.Tjotjok… our great founder…

As long as we participated on this competition in Hoi An, Mr.Nyoman, a staff from Embassy of Republic Indonesia in Hanoi attended us. Many thanks Mr.Nyoman, for your help and attention for us…

And thanks to Ms. Suzan, a staff from KJRI Ho Chi Minh City… Big thanks Ms. Suzan, you always be for us. Went to train station, found bus, and bought meals for us… I remember the way you spoke with me on telephone in the midnight… talked about transportation tomorrow… it makes me really confuse… hahaha…

Finally, thanks to all of you, for your help and support… material and immaterial… To Our University (Undip), Drg.Grace (Merby), Mr.Marwan E, Mr.Lukdy, our parents… Thank you so much… God bless you all…

Everything is great,
Everything is fun,
Everything is beautiful,


I’m happy and proud to be a part in Diponegoro University Choir’s Family…

Thanks for a lot of experience there………………

;;