Minggu, 27 Desember 2009


Perubahan kelamin yang dilakukan oleh Agus Widiyanto, dari laki – laki menjadi seorang perempuan bernama Nadia Ilmira Arkadea mengundang berbagai kontroversi dari berbagai kalangan masyarakat. Selasa, 22 Desember 2009, Pengadilan Negeri (PN) Batang telah resmi mengabulkan permohonan Nadia menjadi seorang perempuan. PN Batang mengabulkan permohonan Nadia berdasarkan landasan UU Hak Asasi Manusia. Dari segi HAM, keputusan Nadia merupakan hal yang sah dan tidak bisa dihalangi, karena itu semua dilakukan demi kenyamanan dirinya sendiri. Di sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai perbuatan tersebut tidak layak dilakukan. Dari segi agama, pergantian jenis kelamin merupakan sesuatu yang haram / dilarang. Dalam agama Islam, hanya ada dua kelamin, yaitu perempuan dan laki – laki. MUI berencana untuk melaporkan hakim PN Batang yang mengabulkan permohonan Nadia ke komisi yudisial. Menurut saya pribadi, pergantian kelamin memang merupakan hak asasi manusia yang perlu dihargai. Apalagi dia sudah merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Namun, hal tersebut tetap kurang bijak, karena Tuhan telah menciptakan manusia sesuai dengan kodratnya masing – masing.

Hal yang menyebabkan terjadinya fenomena ini adalah situasi sosio-kultural masyarakat Indonesia yang cenderung memiliki stereotype terhadap suatu hal. Sesaat saya merasa ‘mengerti’ alasan dibalik seseorang mengganti jenis kelaminnya. Stereotype terhadap seorang laki – laki yang harus tampil maskulin serta perempuan yang harus tampil feminim, membuat kaum lelaki yang ingin mengekspresikan sikap ‘perempuan’ menjadi terhambat. Padahal, dalam perspektif gender sikap dan karakter merupakan sesuatu yang universal, yang bisa melekat pada siapapun, apapun jenis kelaminnya. Akibat stereotype yang ada dalam masyarakat, sikap dan karakter yang dinilai ‘berlawanan’ akan gagal diekspresikan dalam pergaulan sehari – hari. Seseorang yang merasa tidak nyaman tersebut akan menempuh segala cara untuk mendapatkan pengakuan mengenai keberadaan dirinya. Hal itulah yang dilakukan oleh Nadia dengan mengganti jenis kelaminnya. Demi penerimaan masyarakat.

Saya rasa perlu adanya perubahan dalam masyarakat mengenai ketidakadilan gender. Namun, stereotype yang telah tertanam di dalam masyarakat akan sulit dihilangkan, bahkan tidak bisa hilang. Saya pernah mengikuti perkuliahan yang menyatakan bahwa stereotype tidak dapat dihilangkan, tetapi bisa ‘dihindari’ kemunculannya. Kasus penggantian jenis kelamin tidak akan ada apabila kondisi sosio-kultural masyarakat tidak membelenggu seseorang untuk mengekspresikan dirinya.

sumber foto: http://okezone.com/ (foto: Amirul Hasan/okezone)

9 komentar:

bode mengatakan...

sepertinya bangsa kita terlalu mendasarkan semuanya pada HAM atau apapun namanya... seharusnya hal ini bisa sedikit "dikendalikan"...
kalau semuanya dikabulkan, akan membuat orang lain pun punya alasan untuk melakukan hal yang sama. jelas2 Tuhan sudah memberikan kita apa yang menurutNya terbaik.. tapi manusia lebih sering menganggap kekurangan yg dimiliki sebagai suatu alasan untuk melakukan hal lain yag sbnarnya juga tidak baik.. sifat 'kewanitaan" yang mncul pd seorang laki2 hanyalah pelarian.. harusnya dia bisa menjaga diri dari pengaruh luar...

Hiroshiregar mengatakan...

Ni hao astrid,,
Wo juede being man and woman adalah takdir,dan takdir adalah sesuatu yg tdk blh diubah, yang boleh diubah adalah nasib..
Jika dia mempunyai takdir sebagai laki2 sedangkan dia bernasib berada di dalam sosiokultural yg menganggap bahwa laki2 feminim adalah hal yang aneh,maka dia tidak shrusnya mengganti kelaminnya..
langkah yang sebaiknya ditempuh oleh Dea (bukan bermaksud mendukungnya) adalah dengan pindah ke negara yg menganggap hal yang dialaminya adalah hal yg wajar..
Memang mmbutuhkan biaya yg banyak,ttpi jika dia mmg berharap diakui sebagai wanita pasti segala cara dilakukannya,terbukti dengan dia berusaha diakui sebagai wanita dengan mengubah kelaminnya..
Inilah negara kita,whole package dengan sosiokultural yang ketimuran yg men-trademark-an laki2 adalah sosok yg maskulin n wanita adalah sosok yg feminin,dan belum mengakui hal yg setengah2..
Asrtid,xie xie..

astrid christina mengatakan...

bu yong xie donny...

ni hao bode he hiroshiregar!
sepertinya bode sangat menentang adanya penggatian jenis kelamin ya...
memang, saya setuju kalau jenis kelamin adalah takdir dari Tuhan yang tidak bisa diubah.
dalam agama apapun, hal tersebut dilarang..
namun, saya berusaha berada di tengah dengan melihat ada apa sebenarnya dibalik peristiwa ini..
sehingga Dea tidak bisa 100% disalahkan juga.
Dea pasti memiliki alasan yg kuat untuk melakukan tindakan tersebut, serta didukung oleh kondisi lingkungan sosio-kultural masyarakat kita...
terima kasih untuk komen kalian..
xie xie..

Meylinda mengatakan...

kalo menurutku sih mereka yang kyk 'gitu' malah kasian loh... terjepit dalam ketidakpastian, dlm hal ini 'gender'. Setauku sih mreka dari lahir juga normal kan?? hal itu bisa terjadi juga kemungkinan besar karna ada pengaruh dari keluarga ato sekitarnya...iya gag?? mungkin karna perlakuan yang ga baek, yang bkin trauma dengan keadaan mereka sendiri, bahkan membenci keadaannya sendiri.. tapi sebenarnya dari dlm diri mreka sndiri ada penolakan.. tapi buat yang udah terikat, mreka mrasa gag bisa lepas lg dr hal itu dan akhirnya membentuk karakter..
Tapi kalo kasus ini, aq jg gag ngerti bgt ci alasan pastinya... cuma yang terpenting, bwt temen2 yg mungkin sdang ato mulai terjebak dlm keadaan smcam itu, msh ada waktu kok bwt survive n kluar dari keadaan itu, yg sbnrnya adalah dosa besar...

dennys elviant mengatakan...

ehhh BTW aku pernah tahu loh dya secara langsung aka ketemu secara langsung getohhh... eitsss jangan salah n jangan berpikiran negatif ya...aku liat dy waktu dy ikutan miss waria jawa tengah di gedung wanita tahun 2007 awal.. nah waktu itu dy juara 1 nya lohhh..hehehehehehe

next..

okeh aku akan berkomentar, sebenarnya ini tuh sah2 ajah c menurutku gak perlu di jauhin dak perlu dicemooh krn itu hak setiap manusia untuk memilih jalan hdiupnya dengan penuh konsekuensi dan komitmen itu tergantung kita jg mnenyikapinya...sing penting kita ngrasa nyaman ajah, ini kan hub sesama manusia beda lagi klo ngomongin hub sama yang di atas..gtuuuu...

kaya gay, lesbi, transeksual, dan sejenisnya menurutku perlu hak juga untuk pengakuan untuk dianggap "ada"... gak setiap gay n lesbi itu negatif, tergantung individunya jg... itu cm kecenderungan seksualnya ajah.. asal kelakuannya gak jahat n baik2 ajah yah gpp..

contoh dea gtuuu

astrid christina mengatakan...

meylinda : bener, kasihan juga orang yang berada dalam kondisi seperti itu.
mereka (pastinya) lahir secara normal, dan perilaku tsb besar kemungkinan terjadi karena pengaruh keluarga & lingkungan..
thx Mey..

dennys : wah, pernah ketemu? aslinya emang keliatan 'cewek' ya?? :p
setuju untuk nggak ngejauhin orang - orang seperti itu, toh mereka juga punya hak asasi yg sama dengan orang 'normal'.
soal pengakuan, lagi - lagi.. sebagian besar masyarakat kita belum bisa mengakui hal seperti itu.
thx mas dennys!

abib mengatakan...

indonesia adalah negara yang plural. tidak semua warga menganut agama yang sama. apapun keputusan yang menyangkut pada diri sendiri, kita wajib menghargai.

Anisa Setya Arifina mengatakan...

Asalkan tidak merugikan orang lain kita harus menghargai, karena mereka kan juga manusia yang punya perasaan.

astrid christina mengatakan...

abib & anisa : iya, kita harus tetap menghargai apapun pilihan hidup mereka..
toh, kita tidak merasa terganggu.. :)

Posting Komentar